Happy New Year di Kampung Tercinta


"Pak..!" panggilan Harahap, putera tersayangnya itu kini telah menghancurkan angan angan tingginya untuk bisa naik hari bersama Emak. Kini Bapak yang sedang asik memandangi rumput hijau di depan rumahnya. Segelas kopi panas dan sepiring goreng singkong menemani Bapak di pagi itu.

"Ada apa hap? Bikin kaget aja." Ujar bapak yang sambil mengelus dada ya yang berbulu itu

"Ngggggg.. gini pak." Harahap terlihat seperti ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Gini gimana? Ngomong kok gak jelas gitu...." kata Bapak, padahal Bapak sudah tahu kalau Harahap lagi ada maunya.

"Nanti malam kan malam tahun baru alias akhir bulan desember pak, Ayut, Acil dan Bogel pada jalan-jalan. Ada yang ke kota, ada yang ke pantai. Terus Harahap kemana Pak?" tanya Harahap penuh harap.

"Ooh... jadi Harahap pengen jalan-jalan ya?"

"Iya pak, kaya orang-orang tahun baruan gitu." sambut Harahap penuh semangat.

"Gini Hap, uangnya kan sudah Bapak belikan domba Si Siregar itu, uang Bapak sedikit lagi tinggal buat ongkos Bapak berangkat ke kota lagi nanti."

"Kalau mau, Si Siregar kita jual aja. Uangnya kita pakai buat jalan-jalan. Gimana?" sambung Bapak.

"Waduh… jangan pak, sayang ah. Mendingan di rumah saja daripada Si Siregar dijual." jawab Harahap dengan sedikit merengut.

Bapak melihat sedikit kekecewaan di muka anak kesayangannya. Padahal sebenarnya Bapak tidak bermaksud begitu, dia hanya ingin ngetes anaknya saja bagaimana reaksinya. Tidak mau anaknya kecewa, Bapak pun mengajukan penawaran.

"Gimana kalau kita bakar ayam aja Hap? Kan Emak ada beberapa ayam tuh, kita potong saja satu."

"Ashiaaaaaaaap Pak" ujar Harahap semangat. Sekejap kemudian Harahap tampak sudah melupakan keinginannya untuk main ke kota seperti teman-temannya.

"Pak, kita potong ayamnya sekarang aja yu… Terus langsung bakar." ujar Harahap sambil berpegangan ke Bapak, karena jalanan agak licin sehabis hujan turun. Harahap dan Bapak baru pulang berjama’ah Ashar. Dari sehabis Dzuhur hujan lumayan lebat dan reda sebelum Ashar.

"Ko dipotong sekarang Hap, kan malam masih lama." jawab Bapak.

"Kata Pa Ustadz tadi kan di Mushola, selepas Magrhrib ini kan mau Istigosah sama khataman Al-Qur’an, jadi bakar sekarang aja Pak, terus kita bawa ke Mushola biar bisa makan bersama." ujar Harahap panjang lebar.

Ada rasa pakagia menyelimuti dada Bapak, tak terasa butiran air mata meleleh di sudut mata Bapak. Cepat-cepat Bapak menyeka air matanya, agar tidak terlhat oleh Harahap.

"Betul Hap, Bapak setuju. Jadi tidak kita saja yang bisa makan. Kita bisa berbagi."

"Iya Pak, mungkin ada orang lain yang jarang makan daging pak. Kata Pak Guru di sekolah, pahala sodakoh itu kan besar pak." terang Harahap dengan fasihnya.

Bapak hanya terdiam mendengar kata-kata Harahap.

"Terimakasih Emak, walau pun Bapak tidak selalu ada di samping Emak, ternyata Emak bisa mendidik anak kita dengan baik." gumam Bapak. Tak terasa air mata Bapak kembali meleleh.

Harahap dan Bapak bergegas pulang untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pakkan saking gembiranya Bapak, tidak hanya satu ekor ayam yang Bapak potong, tapi tiga ekor.

Menjelang Maghrib, Harahap, Bapak dan Emak sudah bergegas menuju Mushola. Orang-orang pun sudah ramai berkumpul di luar dan di dalam Mushola. Tak berselang lama, adzan Maghrib pun berkumandang.

Setelah sholat Maghrib, Ustadz Hamid memimpin acara dengan khidmat. Diselangi sholat Isya, kemudian Khataman Al-Qur’an, dilanjutkan dengan Tausyiah, dan diakhiri makan bersama.

Pukul 21.00 WIB acara pun selesai, jamaah pun kembali ke rumah masing-masing.

"Alhamdulillah ya Mak, Hap… kita bisa malam tahun baruan di Mushola. Bisa berdo’a bersama, mengisi malam tahun baru dengan hal yang bermanfaat." kata Bapak sesampainya di rumah.

"Iya Pak, kalau jalan-jalan pasti Si Siregar lenyap deh" ujar Harahap dengan polosnya.

Emak dan Bapak hanya tersenyum mendengar jawaban Harahap. Ada pelajaran berharga yang didapat di malam tahun baru ini, bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar membuang waktu percuma. Tanpa kembang api dan tanpa terompet pun masih bisa bertahunbaruan.

"Pak... Harahap tidur ya, ngantuk nih. Siang tadi kan nyabutin bulu ayam, terus bakar-bakar, huuaahh...." kata Harahap sambil menguap, sepertinya Harahap memang sudah sangat mengantuk.

"Iya Hap, lagian kan besok harus nyari rumput buat Si Siregar, tadi Bapak lihat rumputnya sudah habis."

Tanpa menjawab, Harahap langsung masuk ke kamar.
Hanya 5 menit saja, sudah terdengar dengkuran Harahap. Bapak pun bergegas melihat ke kamar Harahap.

"Harahap Kasih anakku, selamat tidur…. Semoga engkau panjang umur, diberi rizki yang banyak, berguna bagi bangsa dan agama. Kau akan terbangun di Tahun yang baru… dengan semangat baru," gumam Bapak sambil matanya berkaca-kaca, kemudian membetulkan selimut Harahap yang tersingkap.

Bulan Desember telah berlalu, Selamat Tahun Baru Harahap....
Oldest Post